Oleh Ahli Pengadaan IARSI: Ali Aldin Muhammad S., SE, MM, CPP.
BRIGNAS-RI.COM
Dalam perlombaan global menekan emisi metana, Oil and Gas Methane Partnership 2.0 (OGMP 2.0) muncul sebagai standar emas pelaporan emisi berbasis sains. Lebih dari 100 perusahaan energi—termasuk nama besar seperti Shell, TotalEnergies, hingga Pertamina—telah berkomitmen mencapai Level 5 OGMP, standar tertinggi dalam pelaporan emisi metana.
Namun, di balik keberhasilan teknis dan laporan-laporan keberlanjutan yang disorot, ada satu aspek yang sering luput: strategi procurement (pengadaan).
Sebagai advisor procurement untuk OGMP 2.0, saya melihat langsung bagaimana pemilihan vendor teknologi memengaruhi kualitas data emisi. Saat ini, perusahaan dituntut untuk mengombinasikan berbagai metode deteksi—mulai dari drone berbasis LIDAR (seperti SeekOps), kamera inframerah, hingga satelit—agar hasil pengukuran benar-benar merepresentasikan kenyataan di lapangan.
Keputusan pengadaan bukan hanya soal harga. Ini tentang memilih teknologi yang valid secara ilmiah, siap diverifikasi, dan kompatibel dengan sistem pelaporan OGMP. Kegagalan dalam tahap ini bisa berakibat langsung pada reputasi perusahaan di hadapan investor, regulator, dan publik.
Dengan meningkatnya tekanan dari Uni Eropa dan pembiayaan internasional yang kini menjadikan emisi sebagai indikator utama ESG, perusahaan perlu bertindak cepat dan tepat. Peran advisor procurement pun menjadi sangat strategis—menjembatani aspek teknis, finansial, dan kepatuhan.
Pada akhirnya, transparansi emisi metana bukan hanya soal teknologi, namun dimulai dari keputusan pengadaan yang tepat.
Sumber: www.iarsi.org